Sepulang dari
Stasiun Tugu (Jogja), saya melintasi Jl. Gejayan sekitar pukul 2.45 dini hari.
Dari kejauhan terlihat seseorang tergeletak persis di tengah jalan, tidak jelas
apakah itu hanya aksi teatrikal atau korban kecelakaan. Ketika mendekat
ternyata betul itu manusia dan tidak ada aksi teatrikal di sana karena jalan
itu kebetulan lagi sepi kecuali para penjual dan penikmat Gudeg yang biasa
nongkrong di pinggir jalan dan itu pun berjarak sekitar 15 meter dari korban
kecelakaan. Setelah mendekat, ternyata ada 2 korban (wanita) kecelakaan
tergeletak di tengah jalan, satu di sebelah kanan (menuju ke arah selatan) dan
satu lagi yang saya temui di sebelah kiri (ke arah utara).
Mirisnya, pengendara
roda dua dan empat lalu lalang saja di depan korban kecelakaan tersebut, hanya
menengok dan kemudian pergi dengan cepat tanpa memperdulikan korban yang
terkapar dan terlihat sangat sekarat tersebut. Penikmat gudeg pun tak kalah
apatisnya, mereka hanya berdiri dan menengok kemudian kembali ke “piringnya”
masing-masing. Setelah menunggu, barulah bersama beberapa anak muda, korban
tersebut bisa dibawa ke RS terdekat dan itu pun harus menunggu beberapa menit
untuk mencegat kendaraan roda empat yang ketika melihat korban langsung tancap
gas. Setelah itu saya mampir ke tempat penjual gudeg di pinggir jalan karena
memang saya sangat lapar setelah 8 jam berada di dalam gerbong kereta.
Sesampainya
di penjual gudeg, beberapa orang kemudian menanyakan perihal kecelakaan
tersebut. Bingo! Ternyata mereka tahu persis kecelakaan itu, tapi kenapa tidak
ada satupun yang tergerak untuk setidaknya mengangkat korban ke pinggir jalan
atau mencegat mobil untuk membawa korban ke RS terdekat? Usut punya usut
ternyata penyebab pertamanya adalah karena mereka takut diinterogasi dan
menjadi saksi kecelakaan tersebut, atau lebih buruknya dituduh menjadi penyebab
kecelakaan tersebut.
Parah bukan? Ketika melihat korban terkapar sekarat,
seseorang masih sempat memikirkan kepentingan pribadinya, serta
mempertimbangkan untung-ruginya menolong si korban. Mungkin pengalaman ini
hanya sedikit dari banyak kejadian yang (hampir) sama di masyarakat kita. Saya
bahkan sudah tidak percaya lagi bahwa kita adalah masyarakat yang dikenal
sangat mengutamakan kebersamaan dan berbudaya, atau segala macamnya dengan
tingkah-laku yang sangat apatis dan bahkan terkesan cynical
(hanya peduli pada dirinya sendiri).
No comments:
Post a Comment